Google: Ekonomi Digital Indonesia Bakal Capai Ribuan Triliun di 2025


Beberapa waktu yang lalu, Google bersama Temasek dan Bain and Company merilis laporan e-Conomy SEA 2020 atau laporan ekonomi digital di Asia Tenggara tahun 2020. Laporan tahunan dengan tema “At Full Velocity: Resilient and Racing Ahead” atau “Bangkit dan Melaju Kencang” ini menemukan berbagai hal-hal menarik seputar kondisi dan potensi ekonomi digital di berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Setidaknya ada lima poin penting dalam laporan ini yang bisa membuatmu makin yakin untuk meneruskan bisnis onlinemu. Apa aja ya, lima poin ini? 

1. Pertumbuhan di Indonesia Dipimpin Ecommerce dan Media Online

Resesi yang menurunkan daya beli masyarakat rupanya masih belum cukup untuk membuat bisnis ecommerce lesu. Buktinya, sektor ecommerce Indonesia pada tahun ini masih sanggup mencapai angka 32 miliar USD atau  sekitar 454 triliun rupiah.  Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang ‘hanya’ berada di angka 21 miliar USD atau sekitar 298 triliun rupiah. Menariknya, kenaikan 54 persen ini dibarengi dengan peningkatan jumlah supplier yang melakukan penjualan online hingga lima kali lipat. Selain itu, ada prediksi kalau sektor ini masih akan mengalami pertumbuhan sampai 21 persen hingga lima tahun ke depan. 

Selain ecommerce, media online juga jadi sektor yang mendominasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 24 persen atau bertambah 900 juta USD dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dinilai sebagai akibat dari banyaknya konsumen yang lebih memilih untuk mencari hiburan online di saat pandemi. 

BACA JUGA :  William, Terminal Grosir: Awal Mula yang Sederhana

Jika ecommerce dan media online sukses berjaya di tengah pandemi, lain halnya dengan transportasi online. Sektor ini mengalami penurunan hingga 68 persen. Jika pada tahun 2019 sektor ini berada di angka 10 miliar USD atau sekitar 142 triliun rupiah, tahun ini capaiannya hanya sekitar 3 miliar USD atau 42,1 triliun rupiah. Meski begitu, sektor ini diprediksi bisa bangkit dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

2. Kenaikan Pengguna Layanan Digital

Pertumbuhan ekonomi digital ini sebenarnya gak mengejutkan. Pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun ini memang memaksa konsumen untuk banyak berdiam diri di dalam rumah. Akibatnya, jumlah pengguna layanan digital juga meningkat pesat. Lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara merupakan pengguna baru. Di Indonesia sendiri, jumlah pengguna baru ini berada di angka 37 persen dan bahkan 56 persennya berasal dari daerah yang bukan termasuk kota besar. Selain itu, 93 persen dari mereka akan melanjutkan setidaknya satu jenis layanan digital bahkan setelah pandemi berakhir. Kenaikan pengguna ini paling banyak terjadi pada tiga jenis layanan digital yaitu pendidikan (55 persen), kebutuhan pokok (47 persen), dan pinjaman online (44 persen).

Kenaikan jumlah pengguna layanan digital ini merupakan salah satu dampak dari meningkatnya intensitas online konsumen di wilayah Asia Tenggara. Rata-rata konsumen di wilayah ini bisa online satu jam lebih lama dibandingkan dengan saat sebelum pandemi. Filipina jadi negara dengan rata-rata online terlama yaitu 5,2 jam per hari, sementara Indonesia berada di posisi ketiga dengan rata-rata waktu online 4,7 jam per hari. 

3. Hadapi Pandemi dengan Teknologi

Delapan dari sepuluh warga Asia Tenggara percaya merasa terbantu dengan adanya teknologi saat situasi pandemi. Lima kebutuhan yang mereka anggap tetap bisa terpenuhi dengan adanya teknologi ini antara lain:

  • Layanan dan kebutuhan pokok
  • Hiburan dan interaksi yang aman
  • Pembelajaran online
  • Produk dan layanan kesehatan
  • Keberlangsungan bisnis mikro
BACA JUGA :  8 Metode Pembayaran Online yang Memudahkan Transaksi

Selain membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan tadi, teknologi juga dianggap bisa mendukung kebijakan WFH (bekerja dari rumah), membantu bisnis untuk go digital, dan membantu industri makanan dan minuman untuk tetap berjualan. Keberadaan Google Meet membantu kantor dan sekolah untuk melakukan pertemuan, website ecommerce membantu pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka, dan layanan ojek online membantu restoran untuk tetap berjualan tanpa harus membuka gerai mereka sepanjang hari.

4. Indonesia Masih Jadi Pasar Ekonomi Digital Terbesar

Bersama dengan Vietnam, ekonomi digital Indonesia masih mengalami pertumbuhan dua digit. Sementara itu, Singapura jadi negara Asia Tenggara dengan nilai pertumbuhan yang minus, tepatnya sebesar 24 persen. Lesunya pertumbuhan ekonomi digital tahun ini ditengarai sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Meski begitu, ada prediksi kalau pertumbuhan ekonomi digital ini akan kembali tinggi hingga lima tahun ke depan. Indonesia diprediksi akan jadi pusat bagi ekonomi digital ini dengan capaian angka 125 miliar USD atau sekitar 1,756 triliun rupiah di tahun 2025. Wow!

Prediksi ini bukanlah tanpa alasan. Pendanaan di Indonesia tetap segar meski sedang terjadi pandemi. Sampai bulan Juni 2020 aja, udah ada 202 kesepakatan investasi dengan nilai 2,8 miliar USD atau sekitar 39,7 triliun rupiah. Bandingkan dengan nilai investasi dalam setahun penuh yang ‘hanya’ sebesar 3,2 miliar USD atau 45,4 triliun rupiah pada 2019. 
Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, ekonomi digital Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang signifikan di tengah pandemi. Walau beberapa sektor seperti transportasi mengalami penurunan drastis, sektor lain seperti ecommerce mampu berkontribusi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi digital ini. Pelaku bisnis diharapkan untuk selalu mampu melihat peluang yang muncul akibat pandemi. Salah satunya adalah peluang untuk memasarkan produk secara online. Apalagi sekarang udah ada Praktisidigital, website ecommerce builder yang bisa membuat toko online secara praktis dan dilengkapi fitur-fitur lengkap untuk menunjang bisnis onlinemu. Daftar Praktisidigital sekarang dan jadilah bagian dari pertumbuhan ekonomi digital Indonesia!

BACA JUGA :  Apa Itu Iklan? Cek Pengertian, Fungsi, Jenis, Keuntungan, dll