Apa Itu Retail? Fungsi, Karakteristik, Jenis, dan Contoh


Retail adalah transaksi jual beli barang atau jasa dari pelaku usaha kepada konsumen. Saat ini istilah tersebut lebih digunakan untuk usaha pengembangan supermarket, namun apa sebenarnya arti usaha ritel? Ketahui fungsi, karakteristik, jenis, dan contohnya!

Apa Itu Retail?

Ritel atau retail adalah usaha bisnis penjualan barang atau jasa ke konsumen untuk digunakan sendiri. Disebut ritel karena produk yang dijual adalah barang satuan atau eceran, baik produk yang dapat dikonsumsi langsung atau produk yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. 

Menurut Michael Levy dan Barton A. Weitz, arti ritel adalah kegiatan bisnis untuk menambah nilai guna produk atau jasa yang dijual ke konsumen untuk digunakan secara pribadi atau dalam skala rumah tangga.

Sementara retailer adalah sebutan untuk si penjual barang eceran tersebut. Penjual eceran berhubungan langsung dengan konsumen (tahap akhir rantai penjualan).

Pengecer tidak memproduksi atau membuat barang dagangannya sendiri. Biasanya mereka membeli barang dari produsen atau grosir dengan harga lebih murah untuk kemudian dijual kembali ke konsumen dalam bentuk satuan atau pembelian kecil. 

Perlu diketahui bahwa transaksi jual beli ritel berbeda dengan transaksi online. Produk harus sampai langsung ke konsumen sebagai pengguna akhir untuk dikatakan sebagai transaksi ritel. 

Mengapa Retail itu Penting?

Transaksi ritel adalah tahap akhir rantai pasokan di mana produk/jasa itu sampai ke tangan konsumen, proses yang sangat penting.

Tanpa adanya pedagang pengecer, konsumen akan kesulitan mendapat barang yang mereka butuhkan secara satuan. Konsumen akan repot bila harus membeli produk sehari-hari ke produsen dan grosir dalam jumlah banyak. 

Proses bisnis ritel mencakup kegiatan:

  • Menyediakan produk/jasa.
  • Memberi informasi tentang fitur, cara kerja, deskripsi, dan manfaat produk.
  • Menyimpan produk. 
  • Melakukan proses jual/beli langsung pada konsumen. 
  • Melakukan pembelian dari produsen atau toko grosir. 

Beberapa pedagang juga memberi fasilitas yang memudahkan dan memenuhi kebutuhan konsumen, misalnya konsultasi belanja, jasa antar, jasa packing, dan keunggulan ekstra lainnya agar konsumen mendapat pengalaman belanja yang menyenangkan. 

Fungsi Retail

Inilah beberapa fungsi bisnis ritel dalam proses distribusi dan penjualan:

1. Memudahkan Konsumen Berbelanja  

Konsumen akan mendapatkan kebutuhan produk sehari-hari dengan mudah. Mereka bisa membelinya di toko-toko ritel yang ada di sekitar rumah. 

BACA JUGA :  Down Payment (DP): Pengertian, Cara Kerja, Keuntungan, dll

2. Menjalankan Usaha dari Produsen dan Grosir

Produsen adalah pihak yang memproduksi produk-produk dan mereka tidak menjual produknya secara langsung ke konsumen. Begitu juga dengan bisnis grosir yang hanya menjual produk dalam jumlah besar. 

Pedagang ritel hadir untuk menaungi produsen dan grosir agar produk-produk mereka sampai ke tangan konsumen. Ini berarti pedagang ritel membeli dan memberi keuntungan finansial pada produsen dan grosir—sehingga proses produksi barang-barang mereka juga jalan terus. 

3. Menyortir Barang 

Konsumen membutuhkan banyak jenis produk dan bisnis ritel lah yang bertugas untuk mengumpulkan dan menyortir semua jenis produk tersebut dari berbagai sumber produsen dan grosir berbeda. 

4. Membuka Jalur Komunikasi 

Ritel berada di tengah-tengah antara produsen/grosir/perusahaan dan konsumen akhir. Ritel menjadi mediator di antara kedua pihak, yaitu:

  • Menyampaikan keunggulan produk dari produsen ke konsumen.
  • Menyampaikan keluhan, saran, atau pendapat konsumen ke produsen. 

5. Belanja dalam Jumlah Besar 

Toko ritel membeli produk-produk dalam jumlah besar dari beberapa produsen atau grosir. Semetara mereka menjualnya dalam jumlah kecil ke konsumen. 

6. Media Promosi 

Produsen dan grosir tidak melakukan fungsi pemasaran. Bisnis ritel yang melakukan itu agar konsumen mengenal produk dan akhirnya membuat keputusan pembelian. 

Toko ritel akan menampilkan spanduk, iklan, membuat strategi pemasaran, dan memberi promosi agar suatu produk laku di pasaran. 

Perbedaan Retail dan Grosir

Banyak yang mengira bisnis ritel dan grosir itu sama, namun sebenarnya tidak. 

  • Bisnis Grosir: Mendistribusikan produk dalam jumlah besar ke ritel atau vendor untuk dijual kembali. 
  • Bisnis Ritel: Mendapatkan produk dari produsen atau grosir dalam jumlah besar, kemudian menjualnya ke konsumen dalam jumlah kecil. 

Perbedaan bisnis ritel dan grosir:

  • Pedagang ritel bertemu langsung dengan konsumen tingkat akhir, sementara pedagang grosir tidak. 
  • Bisnis ritel menjual produk jumlah kecil, grosir dalam jumlah besar. 
  • Harga retail adalah harga yang lebih tinggi karena ada biaya pemasaran, distribusi, tenaga kerja, dll. Sementara harga grosir memang lebih murah karena tangan kedua dalam rantai pasok. 

Umumnya, penjual grosir tidak menjual produk jumlah besar ke konsumen tingkat akhir dan jarang sekali ada konsumen tingkat akhir yang mau membeli produk yang akan digunakan sendiri dalam jumlah besar.

Toko grosir pada khususnya hanya menyediakan satu produk saja, jadi sangat merepotkan bila konsumen tingkat akhir harus membeli produk ke banyak toko grosir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan rumah tangga. 

BACA JUGA :  Neraca Saldo: Definisi, Fungsi, Jenis, dan Contoh!

Cara Kerja Rantai Suplai Retail

Simak penjelasan tentang rantai suplai berikut ini agar lebih memahami fungsi ritel dan perbedaannya dengan bisnis grosir: 

  1. Manufaktur/Produsen: Memproduksi bahan mentah atau bahan baku untuk dijadikan barang jadi atau setengah jadi dengan bantuan tenaga kerja dan mesin. 
  2. Grosir: Membeli barang dari manufaktur dalam jumlah besar untuk dijual lagi ke ritel dengan harga lebih murah. 
  3. Ritel: Membeli produk dari grosir dengan harga rendah untuk dijual kembali ke konsumen tingkat akhir. 
  4. Konsumen: Membeli produk dari toko ritel untuk digunakan sendiri. 

Siklus rantai suplai tersebut terus bergerak dan saling berhubungan. Tanpa adanya manufaktur/produsen, toko grosir dan ritel tidak bisa menyediakan barang dan kebutuhan konsumen tidak terpenuhi. 

Bila tidak ada konsumen atau daya beli konsumen rendah, maka toko ritel, grosir, dan manufaktur juga tidak bisa menjalankan roda bisnis atau perdagangan. 

Jangan sampai salah lagi membedakan bisnis ritel dan bisnis grosir, ya! Pedagang ritel berarti mendistribusikan semua produk lengkap untuk konsumen walaupun dengan harga yang lebih mahal dari harga grosir. 

Karakteristik Retail

Berikut ini ciri-ciri bisnis ritel: 

  • Menyediakan Produk dalam Jumlah Kecil: Konsumen dapat membeli berbagai jenis produk secara satuan atau eceran. 
  • Menyediakan Produk Lengkap: Semua jenis produk ada di toko ritel. Misalnya, sabun mandi dari merek A sampai Z tersedia semua di toko ritel sehingga konsumen bisa membelinya sesuai kesukaan. 
  • Kontak Langsung dengan Pelanggan: Toko ritel berkomunikasi langsung dengan konsumen, termasuk memberi saran atau mendengarkan keluhan. 
  • Membina Hubungan Baik dengan Konsumen: Petugas ritel juga memberikan jasa konsultasi agar konsumen memilih produk terbaik. 
  • Lokasi Dekat: Tujuan toko ritel adalah memudahkan konsumen sehingga toko-toko ritel ada di mana-mana. 

Itulah ciri-ciri bisnis ritel yang sangat dekat dengan konsumen, di mana memenuhi kebutuhan produk-produk untuk konsumen pakai secara langsung. 

Jenis Retail 

Bukan hanya supermarket atau warung, ada banyak jenis toko ritel. Mari pelajari tentang jenis-jenis bisnis ritel berikut ini: 

1. Berdasarkan Produk yang Dijual

Jenis ritel berdasarkan produk yang dijual:

  • Toko Ritel yang Menjual Barang/Produk: Pedagang ritel yang menjual produk lebih sedikit dari pusat penjualan. Misalnya, toko elektronik, toko mainan, atau toko peralatan dapur. 
  • Ritel Menawarkan Jasa: Mereka menyediakan jasa, misalnya jasa ojek online, supir, perawatan taman, bengkel, dll. 
  • Ritel Non-Store: Ritel yang menggunakan media untuk mendistribusikan produk. Misalnya, menjual minuman dengan vending machine dan toko online.

Toko online di e-commerce dikategorikan sebagai bisnis ritel bila menjual produk dalam jumlah kecil dan langsung ke konsumen tingkat akhir. 

BACA JUGA :  Hak Merek: Pentingnya untuk Bisnis, Cara Daftar, Biaya

2. Berdasarkan Kepemilikan

Toko ritel dibedakan dari siapa pemiliknya, mulai dari usaha perorangan hingga perusahaan. 

Berikut ini penjelasannya: 

  • Ritel Mandiri: Toko ritel milik sendiri, misalnya warung, toko kelontong, ruko, atau toko yang dijalankan sendiri. 
  • Waralaba: Disebut juga dengan franchise, melakukan kerja sama dengan perusahaan pusat, produk, merek tertentu, atau sistem operasional pihak kedua. 
  • Ritel Kelompok Usaha: Sekelompok perusahaan ritel yang saling terkoneksi atau memiliki manajemen yang sama. Misalnya, minimarket, swalayan, atau departement store

3. Berdasarkan Lokasi Penjualan

Tempat di mana toko ritel itu berada, misalnya di ritel strip mall atau satu gedung khusus yang menyediakan produk atau layanan, dan lahan komersial lain. 

Toko ritel berada di sekeliling konsumen. Biasanya di kawasan ramai ada banyak toko-toko ritel, termasuk di pinggir jalan, pusat perbelanjaan, atau bahkan di dalam kawasan perumahan. 

Contoh Jenis Toko Retail

Konsumen tingkat akhir pasti selalu datang ke toko ritel untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai dari sembako, skincare, cemilan, dan lainnya. 

Berikut ini contoh toko ritel yang ada di sekitar:

  • Toko Kelontong atau Warung: Ada di sekitar perkampungan atau perumahan. Kamu bisa membeli apa saja dalam jumlah satuan, bahkan eceran yang sangat sedikit. Misalnya, produk sachet, barang ketengan, atau dalam satuan. 
  • Minimarket dan Supermarket: Menjual berbagai produk, biasanya memiliki banyak program promosi. 
  • Department Store: Dibagi dalam berbagai kategori, misalnya produk kecantikan, peralatan rumah tangga, makanan dan minuman, pakaian, dan sebagainya. 
  • Ritel Warehouse: Toko ritel dengan pendekatan sistem grosir di mana konsumen membeli produk jumlah besar dengan harga lebih rendah daripada belanja di departemen store atau supermarket
  • Ritel Specialty: Toko ritel yang menjual produk dengan kategori tertentu. Misalnya, toko ritel Nike hanya menjual produk Nike. 
  • Ritel Mobile: Toko ritel yang memanfaatkan media smartphone untuk transaksi jual beli untuk dikirimkan secara langsung atau dengan jasa kurir. 
  • Ritel Convenience: Ini adalah toko serba ada yang menyediakan berbagai produk setiap hari. Contoh dalam format yang lebih modern, FamilyMart atau 7-Eleven. Biasanya tersedia toko ritel ini di tempat pengisian bahan bakar. 
  • Ritel Internet: Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menjual barang eceran ke konsumen. Memiliki keunggulan yaitu lebih praktis, cepat, dan murah karena ada banyak promosi. 

Itulah pembahasan tentang apa itu retail, lengkap dengan fungsi, karakteristik, jenis, cara kerja, contoh, dan bedanya dengan toko grosir. Semoga informasi ini bermanfaat terutama bila kamu ingin buka toko ritel sendiri. 

Jangan lupa untuk buat website toko online melalui Praktisidigital. Kamu akan mendapat banyak keuntungan, termasuk mengembangkan bisnis, memperluas target konsumen, dan mendapat lebih banyak keuntungan. Selamat berbisnis!